Berbeda


Sejak kecil saya sudah diajarkan guru fikih saya, bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Menginjak usia dewasa, saya menyadari bahwa isi kepala setiap orang berbeda-beda. Pengetahuan yang didapatkan, lingkungan bergaul dan tempat tinggal membuat karakter orang menjadi tidak sama. Jika sudah berbeda, memaksakan cara kita kepada mereka, hanya akan membuat hati lelah. Pada titik ini, keilmuan seseorang melalui akal akan membawanya pada sebuah pilihan, entah itu pilihan ‘benar’ atau yang ‘kurang tepat’, baik untuk menentukan sikap tetap ‘tinggal’ atau ‘meninggalkan’.

Anggap saja sebuah perbedaan di dalam kelompok merupakan sebuah proses pendewasaan, maka hal itu pasti akan berdampak baik. Tapi sebaliknya, perbedaan hanya akan memicu pertentangan jika hati tidak ikhlas dalam mengerjakan suatu amanah. Karena ada motif tertentu, maka kita hanya akan memaksakan kehendak dan bersikap otoriter.

Masalah kelompok jelas lebih kompleks daripada masalah pribadi. Karenanya, dibutuhkan mental yang kuat untuk memperjuangkan ideologi tanpa perlu saling mencaci. Hujatan hanya akan membawa hujan kebencian, sementara paksaan akan menciptakan ketidaknyamanan. Jadi, prinsip dalam berkelompok agar kegiatan sukses menurut saya adalah, kita harus menyimpan ego dan melihat manfaat yang lebih luas di dalam gagasan orang lain.

Saya sangat yakin, jika para pejuang kemerdekaan dulu terlalu mementingkan ego dan tidak memperhatikan kebutuhan kelompok. Pastilah Indonesia tidak akan merdeka. Strategi perang mereka jika tidak kompak, pasti akan tercecer dan akhirnya kalah. Akan tetapi, setelah mereka mau mengesampingkan ego, tidak menghina kaum bercelana dan selebihnya, kekuatan mereka akan menyatu dan mewujudkan satu tujuan, yaitu Indonesia merdeka.

So, mari kita membuka mata untuk lebih peka terhadap setiap perbedaan dan tidak menyombongkan diri terhadap semua yang sudah kita capai. Karena di balik kesuksesan seseorang, pasti ada tangan lain yang turut menyumbangkan kebaikan demi kesuksesan seseorang itu.

0 komentar: