Gelas Kosong

ilustrasi search here

Saya selalu percaya: bahwa setiap orang dilahirkan di muka bumi ini dalam keadaan baik dan suci. Coretan pola asuh dan tinta pendidikan, nantinya yang akan membentuk psikologi dan karakter seseorang.

Sementara, satu hal yang harus disyukuri manusia adalah: bahwa ampunan Tuhan itu lebih luas daripada murka-Nya. Dari sini, seharusnya kita bisa menyimpulkan, jika ‘selalu ada jalan untuk taubat dan pulang kepada keadaan yang baik’. Ingat! Di dunia ini, semua yang ada akan tiada pada akhirnya, kecuali Tuhan! 

Belakangan, banyak sekali berita negatif yang membuat saya miris, mulai dari mahasiswa yang dibully, remaja gagal move on lalu bunuh diri, kelompok radikal, narkoba etc. Semua berita tersebut fakta dan hampir setiap hari kita mendengarnya. Terkadang saya berpikir seperti ini, “Dengan kasus sebegitu emboh-nya apa Pak Presiden dan jajaranya masih bisa tidur? Menteri Pendidikan gak ngelus dada lihat para pelajar yang dengan tampilan sok yes, naik motor dijampingkan, padahal motor dan uang saku masih minta orangtua?” 

Semua sistem yang ada seperti gagal membentuk bangsa ini menjadi bangsa yang ramah serta beradab sebagaimana yang dicitrakan selama ini. Lalu, apakah di sini sudah kekurangan orang pintar sehingga semua seperti gagal? Jawabnya ‘tidak!’ bahkan jika kita amati di semua jenjang pendidikan, banyak dari mereka yang mengalami peningkatan jumlah siswa secara kuantitas setiap tahunnya. 

Lalu, apa yang kurang? 

Jawaban iman dan taqwa pasti sudah klise, meski itu hal yang wajib dan memang harus ada. Satu hal yang sering kita lupakan adalah, kemauan untuk mengosongkan gelas dan mengisinya dengan ilmu yang baru, serta mau bergerak sedikit saja melakukan satu program yang berkelanjutan untuk kamajuan bersama, bukan tentang ‘aku’ lagi tapi ‘kita’

Kita semua sama-sama tahu bahwa, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang sejalan dengan riset yang melandasinya. Maka, menyirami alam ini dengan pengetahuan yang benar (pengetahuan apa pun) akan menjadi salah satu solusi bagi penyakit sosial. Dengan demikian, semua harus belajar dan bersama dan tidak boleh ada yang sombong. 

Terkadang, karena tidak mau repot, kita menutup mata dan tidak mau mengosongkan gelas. Kesombongan mucul dan semua sistem (sistem sosial baik) yang telah ada sebelumya menjadi kacau (anak-anak tak terdidik didik dengan baik, tak punya kepekaan, hamil di luar nikah, bunuh diri). Bayangkan saja, jika kekacauan itu menimpa keluarga atau atau anak kita? Contohnya sudah banyak, anak dari keluarga baik-baik pun belum tentu tidak salah jalan. 

Demi mencegah semua itu, transformasi wajib di lakukan, mengosongkan gelas bukan berarti kita melepas keilmuan kita, namun kita hanya meng-update supaya pikiran kita tambah jernih dan kaffah. Sistem berkelanjutan untuk membentuk generasi yang peka dengan situasi sosial, tak melulu tentang apa yang saya dapat, tapi apa yang saya berikan. Toh, jika kita sibuk dengan hal yang baik, maka tak akan rugi kan? 

Umat sudah lelah dengan semua informasi negatif, keluarga kita belum tentu selamat dari masalah sosial yang belakangan viral, bahkan saya yang menulis ini pun selalu berdoa agar selalu berada di jalan yang benar. Sekali lagi, saya hanya memberikan informasi bahwa sistem yang berkelanjutan dalam bentuk kegiata apa pun akan membentuk suatu ekosistem yang memimiliki keguanaan besar. 

Terakhir, saya hanya bisa menulis karena memang itu yang saya bisa. Mungkin tidak semua tulisan saya ini benar, pun tidak semuanya sepakat. Bahkan pengetahuan saya tentang gelas juga minim. Tapi dunia harus tahu, bahwa kita terlahir dalam keadaan baik dan tak ada proses yang kebetulan sehingga kita bisa menjadi seperti sekarang ini.

0 komentar: