Coretan Kuliah Semiotika


Pengertian Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti “tanda”, atau “seme” yang berarti “penafsiran tanda” (Alex Sobur, 2004:17). Awal mula munculnya semiotika yang berakar pada studi klasik dan skolastik atas seni, logika dan poetika, tanda pada masa itu masih bersifat sesuatu yang menunjukan pada adanya hal yang lain. Contoh: Ada asap menandai adanya api. 
Para pakar sendiri mengartikan semiotika sebagai berikut.
  • Ferdinand d' Saussure mengartikan simeotika adalah “Persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikontuksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.
  •   Menurut Umberto Eco, Semiotika adalah mempelajari hakikat tentang kebenaran suatu tanda. Tanda tersebut sebagai “kebohongan”; dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.
  •   Menurut Barthes, Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Pemaknaan Tanda (Charles Sander Peirce VS Ferdinand d' Saussure)

Semiotika pada dasarnya bisa diaplikasikan ke dalam berbagai hal seperti, teks cerpen, surat cinta, kartun, komuk, iklan, filem, postur kampanye, majalah, cove dls. Sementara semua hal yang mungkin menjadi ”tanda”, bisa dilihat dalam aktifitas penanda, yakni: suatu proses signifikasi yang menghubungkan tanda dengan objek dan interpretasinya. 

Dalam perbincangan tentang semiotika, ada semacam kontardiksi yang secara historis dibagun diantara dua kubu. Yakni semiotika continental Ferdinand d’ Saussure (semeotika signifikasi) dan semiotika America serikat Charles Sander Peirce (semiotika komunikasi), antara keduanya terkadang mereka menjadi oposisi dan terkadang pula mereka saling berkoalisi.  

Charles Sander Pierce mengartikan simeotika sebagai, “is something which stands to somebody for smoking in some respect or capacity” (sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas). Sesuatu yang digunakan untuk mengfusingkan tanda oleh Pierce disebut “ground”. Pada akhirnya nanti tanda ini akan mempunyai hubungan triadik langsung dengan interpretan dan objeknya
Pierce juga membagi tanda ini menjadi beberapa klasifikasi yakni, qualisign (berdasarkan kualitas tanda contoh: kasar, halus, lemah, lembut dls). kedua, sinsign (eksistensi benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Contoh: air sungai yang keruh menandakan ada hujan di hulu sungai), dan terakhir adalah legisigen (norma yang dikandung oleh tanda. Contoh rambu-rambu lalulintas menandakan orang harus berhenti, atau jalan) 

Menurut objeknya ahli filsafat Amerika ini membagai tanda menjadi tiga bagian juga. Yang pertama adalah icon (antara tanda dan objek acuanya bersifat kemiripan. Contoh potret pada peta). Kedua, indeks (tanda dan penanda yang bersifat kausal adanya sebab akibat. Contohnya: asap sebagai pertanda adanya api) dan yang terakhir adalah simbol (tanda yang menunjukan hubungan alamiyah antara penanda dan petandanya, bersifat arbitrer atau semena. Contoh perjanjian masyarakat, simbol logo dls) 

Kubu yang kedua adalah datang dari Ferdinand d' Saussure.  Dimana ilmuan linguistic ini mengartikan tanda sebagai “kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier), dengan sebuah ide atau petanda (signified)”. Dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Penanda adalah aspek material bahasa: apa yang didengar, ditulis, atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda adalah “aspek mental dari bahasa”. (Alex Sobur, 2004:47).


Secara lebih jelas semetiotika versi Ferdinand d' Saussure, dapat dikelompokkan sebagaiberikut:

Menurut Saussure, tanda terdiri dari:
  •   Bunyi-bunyi dan gambar (sounds and images), disebut Signifier (penanda).
  •   Konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar disebut Signified (petanda).
Model Semiotika dari Saussure
  •   Sign (Tanda).
  •   Commposed of (terdiri dari).
  •   Signifier Signified Referent (external reality).

(Contoh Aplikasi) Analisi Semiotika Terhadap Filem Laskar Pelangi dengan Memakai Metode Penelitian Ferdinand d' Saussure

Laskar Pelangi adalah sebuah filem yang diangakat dari novel kisah nyata yang ditulis oleh Andrea Hitara. Isi dari pada filem Laskar Pelangi ini menceritakan tentang pengalaman Andera Hirata dan teman-temannya pada saat mereka masih duduk di sekolah SD. 

Gambaran setting pada filem ini mampu memberikan penanda (Signifier) tentang kondisi kelas yang sering bocor dengan atap mentiung dan nyaris hancur, gedung yang sudah hampir roboh, dan lebih mirip seperti kandang kambing. Merupakan petanda atau (Signified) kepada kita tentang kondisi pendidikan di Indonesia yang masih mengalami ketimpangan dan jauh dari fasilitas layak. 
 
 
Tempat sekolah SD yang sudah hampir roboh dengan atap yang sudah mentiung.


Di tengah ketebatasan tersebut ada sosok Pak Harfan dan Ibu Muslimah yang tidak pernah surut semangatnya untuk mengajari anak didiknya agar tidak mider dengan kondisi mereka yang serba kekurangan. Pak Harfan selalu menanamkan kepada siswa siswinya agar meski mereka miskin tapi mereka harus berjiwa besar dan jangan takut memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan. Baik pemberian itu bersifat material atau non material, sebab Allah akan pasti akan menganti apa yang telah kita berikan itu menjadi lebih banyak. 

 Adegan Ibu Muslimah sedang menasihati Kucai
 Pak harfan mengajari dan mendidik muridnya dengan tegas, berwibawa, dan penuh semangat

Bu Muslimah dan Pak Harfan juga selalu menyemangati murid-muridnya untuk selalu tidak patah semangat dalam megejar impian mereka. Meski mereka adalah mayoritas dari kalangan keluarga kurang mampu. Namun pendidikan bukan hanya milik bagi orang-orang yang mampu saja. Tapi bagi mereka yang kurang secara financial juga berhak untuk bersekolah. 

 Pak Harfan mengajarai murid-muridnya tentang arti memberi dengan cara yang mengesankan

Semangat kedua guru ini, yang ditujukkan melaui gerak gerik mereka dalam filem, serta bahasa dialok mereka adalah Penanda (Signifier) yang menjadi  petanda (Signified)bahwa mereka adalah guru yang baik, tulus, dan tidak mudah menyerah. 

Demikianlah analisa semiotika penulis terhadap filem laskar pelangi. Tentunya masih banyak penanda, dan petanda lain yang bisa pembaca temukan pada alur filem Laskar Pelangi ini yang jauh lebih bermanfaat dan jeli dari apa yang penulis paparkan. Sekian, dan jika ada rangkaian diski yang kurang berkenan mohon maaf and byeee . . . . The End! ..


7 komentar:

TS Frima mengatakan...

Semiotics, the science of sign ^^

Ohya. Mohon maaf lahir bathin :)
Selamat lebaran bagi yang merayakan, selamat liburan bagi yang tidak :D

Unknown mengatakan...

Mirip dengan deskripsi ya?

Adi Zamzam mengatakan...

Ini artikel bagus, Sinna...

Adi Zamzam mengatakan...

Hanya saja pemakaian EyD masih belum diperhatikan dengan cermat

Anonim mengatakan...

bagus... terima kasih.

Anonim mengatakan...

Makasih infonya sangat bermanfaat :)

Unknown mengatakan...

mbak saya boleh minta alamat emailnya