Bersama keberanian, merangkak mencari janji berpasangan dengan cempaka

Akankah, semua rindu dan penantian bermuara pada pelangi yang setelah hujan terkadang alpa menemani langit?

Akankah, jika tidak bisa senasib maka datang dengan yang lebih baik?

Cempaka itu selalu setia

Tidak mengenal usia dan perbedaan alam yang biasanya membawa perpisahan

Terima kasih kepada masa lalu yang selalu memberikan pemahaman untuk kuat

Menyulam hari dengan sisa-sisa kebahagiaan yang hampir runtuh

Aku masih menjadi cempaka yang setia menikmati setiap jengkal masalah

Melampiaskan resah dengan memberi kontribusi bersama segudang kesibukan

Harapan itu belum hilang

Masih ada cempaka setia yang selalu mendokan di bawah tanah lapang yang menyimpan sejuta cerita


Sinna Sa’idah Az-Zahra, 

Jepara, 11 November 2015. Pukul 22.45 WIB.

Sejak kecil saya sudah diajarkan guru fikih saya, bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Menginjak usia dewasa, saya menyadari bahwa isi kepala setiap orang berbeda-beda. Pengetahuan yang didapatkan, lingkungan bergaul dan tempat tinggal membuat karakter orang menjadi tidak sama. Jika sudah berbeda, memaksakan cara kita kepada mereka, hanya akan membuat hati lelah. Pada titik ini, keilmuan seseorang melalui akal akan membawanya pada sebuah pilihan, entah itu pilihan ‘benar’ atau yang ‘kurang tepat’, baik untuk menentukan sikap tetap ‘tinggal’ atau ‘meninggalkan’.

Anggap saja sebuah perbedaan di dalam kelompok merupakan sebuah proses pendewasaan, maka hal itu pasti akan berdampak baik. Tapi sebaliknya, perbedaan hanya akan memicu pertentangan jika hati tidak ikhlas dalam mengerjakan suatu amanah. Karena ada motif tertentu, maka kita hanya akan memaksakan kehendak dan bersikap otoriter.

Masalah kelompok jelas lebih kompleks daripada masalah pribadi. Karenanya, dibutuhkan mental yang kuat untuk memperjuangkan ideologi tanpa perlu saling mencaci. Hujatan hanya akan membawa hujan kebencian, sementara paksaan akan menciptakan ketidaknyamanan. Jadi, prinsip dalam berkelompok agar kegiatan sukses menurut saya adalah, kita harus menyimpan ego dan melihat manfaat yang lebih luas di dalam gagasan orang lain.

Saya sangat yakin, jika para pejuang kemerdekaan dulu terlalu mementingkan ego dan tidak memperhatikan kebutuhan kelompok. Pastilah Indonesia tidak akan merdeka. Strategi perang mereka jika tidak kompak, pasti akan tercecer dan akhirnya kalah. Akan tetapi, setelah mereka mau mengesampingkan ego, tidak menghina kaum bercelana dan selebihnya, kekuatan mereka akan menyatu dan mewujudkan satu tujuan, yaitu Indonesia merdeka.

So, mari kita membuka mata untuk lebih peka terhadap setiap perbedaan dan tidak menyombongkan diri terhadap semua yang sudah kita capai. Karena di balik kesuksesan seseorang, pasti ada tangan lain yang turut menyumbangkan kebaikan demi kesuksesan seseorang itu.
ilustrasi search here

Saya selalu percaya: bahwa setiap orang dilahirkan di muka bumi ini dalam keadaan baik dan suci. Coretan pola asuh dan tinta pendidikan, nantinya yang akan membentuk psikologi dan karakter seseorang.

Sementara, satu hal yang harus disyukuri manusia adalah: bahwa ampunan Tuhan itu lebih luas daripada murka-Nya. Dari sini, seharusnya kita bisa menyimpulkan, jika ‘selalu ada jalan untuk taubat dan pulang kepada keadaan yang baik’. Ingat! Di dunia ini, semua yang ada akan tiada pada akhirnya, kecuali Tuhan! 

Belakangan, banyak sekali berita negatif yang membuat saya miris, mulai dari mahasiswa yang dibully, remaja gagal move on lalu bunuh diri, kelompok radikal, narkoba etc. Semua berita tersebut fakta dan hampir setiap hari kita mendengarnya. Terkadang saya berpikir seperti ini, “Dengan kasus sebegitu emboh-nya apa Pak Presiden dan jajaranya masih bisa tidur? Menteri Pendidikan gak ngelus dada lihat para pelajar yang dengan tampilan sok yes, naik motor dijampingkan, padahal motor dan uang saku masih minta orangtua?” 

Semua sistem yang ada seperti gagal membentuk bangsa ini menjadi bangsa yang ramah serta beradab sebagaimana yang dicitrakan selama ini. Lalu, apakah di sini sudah kekurangan orang pintar sehingga semua seperti gagal? Jawabnya ‘tidak!’ bahkan jika kita amati di semua jenjang pendidikan, banyak dari mereka yang mengalami peningkatan jumlah siswa secara kuantitas setiap tahunnya. 

Lalu, apa yang kurang? 

Jawaban iman dan taqwa pasti sudah klise, meski itu hal yang wajib dan memang harus ada. Satu hal yang sering kita lupakan adalah, kemauan untuk mengosongkan gelas dan mengisinya dengan ilmu yang baru, serta mau bergerak sedikit saja melakukan satu program yang berkelanjutan untuk kamajuan bersama, bukan tentang ‘aku’ lagi tapi ‘kita’

Kita semua sama-sama tahu bahwa, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang sejalan dengan riset yang melandasinya. Maka, menyirami alam ini dengan pengetahuan yang benar (pengetahuan apa pun) akan menjadi salah satu solusi bagi penyakit sosial. Dengan demikian, semua harus belajar dan bersama dan tidak boleh ada yang sombong. 

Terkadang, karena tidak mau repot, kita menutup mata dan tidak mau mengosongkan gelas. Kesombongan mucul dan semua sistem (sistem sosial baik) yang telah ada sebelumya menjadi kacau (anak-anak tak terdidik didik dengan baik, tak punya kepekaan, hamil di luar nikah, bunuh diri). Bayangkan saja, jika kekacauan itu menimpa keluarga atau atau anak kita? Contohnya sudah banyak, anak dari keluarga baik-baik pun belum tentu tidak salah jalan. 

Demi mencegah semua itu, transformasi wajib di lakukan, mengosongkan gelas bukan berarti kita melepas keilmuan kita, namun kita hanya meng-update supaya pikiran kita tambah jernih dan kaffah. Sistem berkelanjutan untuk membentuk generasi yang peka dengan situasi sosial, tak melulu tentang apa yang saya dapat, tapi apa yang saya berikan. Toh, jika kita sibuk dengan hal yang baik, maka tak akan rugi kan? 

Umat sudah lelah dengan semua informasi negatif, keluarga kita belum tentu selamat dari masalah sosial yang belakangan viral, bahkan saya yang menulis ini pun selalu berdoa agar selalu berada di jalan yang benar. Sekali lagi, saya hanya memberikan informasi bahwa sistem yang berkelanjutan dalam bentuk kegiata apa pun akan membentuk suatu ekosistem yang memimiliki keguanaan besar. 

Terakhir, saya hanya bisa menulis karena memang itu yang saya bisa. Mungkin tidak semua tulisan saya ini benar, pun tidak semuanya sepakat. Bahkan pengetahuan saya tentang gelas juga minim. Tapi dunia harus tahu, bahwa kita terlahir dalam keadaan baik dan tak ada proses yang kebetulan sehingga kita bisa menjadi seperti sekarang ini.
Hai! How are you, Dear?  

Special banget akhirnya bisa nulis di Hari Sumpah Pemuda. Alhamdulillah, yah :D 

Sumpah pemuda selalu identik dengan semangat kepemudaan. Semangat yang tidak pernah lelah untuk turun tangan membantu dan mencari solusi pada setiap masalah di negara ini. Mengurus negara memang tidak mudah, jadi daripada kita mengutuk dalam kegelapan, akan lebih baik kalau kita menyalakan lilin kecil demi kemajuan bangsa. 

Rejeki anak solihah :D 

Bulan Oktober sendiri sangat special bagi saya, banyak sekali serangkaian acara yang harus saya datangi sehingga mengantarkan saya untuk bertemu orang-orang hebat yang membuat saya terinspirasi. Meski ada sedikit kesedihan juga yang membuat saya merasa lelah dan ingin menagis di sudut, tapi ya inilah hidup. Ada fase dimana kita merasa jadi orang yang paling bahagia sedunia, tapi ada waktunya pula kita harus menangis dan merasakan sedikit tamparan. 

Well, sekarang saya akan bercerita sedikit yang bahagia saja, sedihnya disimpan sendiri. Hehehe. 

**** 

Bagi saya, bisa bertemu dengan orang hebat yang mampu menebar manfaat dan belajar dari mereka adalah suatu hal yang tak ternilai harganya. Apalagi jika kita bisa memiliki kesempatan untuk bertanya, berfoto atau berbicara di depannya. Pasti itu akan sangat menyenangkan. 

Sekitar awal Oktober kemarin, Allah memberikan saya kesempatan untuk bertemu dan presentasi di hadapan puluhan orang (pustakwan) terkait impact dari program Perpuseru Cola-Cola Foundation. Kebetulan saat ini Perpustakaan Daerah (Perpusda) Jepara memang menjadi tempat nongkrong yang asyik setelah sehari saya sibuk dengan kegiatan kampus dan laporan dari Bos Besar yang terkadang bikin kepala pusing. Di sana pula saya bertemu dengan banyak penulis yang dikemudian hari menjadi guru saya dan juga teman-teman baik yang seru dan keren. Singkatnya, pelayanan di Perpusda sudah dapat membawa perubahan dalam kehidupan saya, di samping pendidikan formal. 

Mayoritas orang hanya tahu kalau perpustakaan cuma sebagai tempat pinjam dan baca buku saja, sehingga efek-nya kurang menarik. Saya sendiri kalau urusan buku lebih suka beli daripada pinjam, atau kalau tidak, juga bisanya bertukar buku yang sudah dibaca dengan teman sesama pecinta buku. Beli buku 8 judul biasanya juga gak habis dibaca setahun. Oleh karena itu, program PerpuSeru hadir untuk merubah perpustakaan ‘bukan hanya sebagai tempat baca dan pinjam buku juga, tapi juga tempat untuk berkegiatan masyarakat.’ Dengan demikian, masyarakat dapat duduk bareng dan bermitra bersama-sama mencari ide untuk menjadikan hidup lebih baik. 

Alhamdulillah dapat kado dari PerpusSeru Cola-Cola Foundation.

Rejeki anak solihahhhhhaaa, bisa foto sama orang-orang kece.

Alhamdulillah, berkat program tersebut saya sudah bisa merasakan manfaatnya. Dulu, saya tidak bisa menulis dengan baik dan masih bingung tentang dunia fiksi dan jurnalistik, loh. Tapi, berkat ikut kelas Akademi Menulis Jepara (AMJ) di Perpusda Jepara, Alhamdulillah barokalloh, sekarang sudah punya teman penulis banyak dan bisa belajar dari mereka. Bahkan sekarang dapat kerjaan juga berkat menulis. :D 

Semua peristiwa itu sudah cukup membuat saya jatuh cinta dengan program PerpuSeru. Bahkan ketika ke toko untuk membeli minuman saya juga lebih mengutamakan untuk membeli prodak Cola-Cola Foundation. Pernah pula suatu hari saya berkeinginan untuk bertemu dengan orang-orang baik di balik layar Program PerpuSeru. Finally, Alhamdulillah lagi, Barokalloh, pada awal Oktober saya punya tiket dan berksempatan bertemu mereka. Bisa presentasi terkait pengalaman saya selama ikut AMJ di Perpusda juga, yang entah juga bagaimana penampilan saya di depan mereka. :D *Asli, waktu nulis ini saya ingin loncat-loncat karena bahagia* 

Nah, Cas cis cuss entah, emess banget saya,
 pengen loncat-loncat waktu ptesentasi :D 

Bukan cuma sampai di situ, kalau awal Oktober saya bertemu dengan orang-orang baik di balik layar PerpuSeru, akhir Oktober saya berkesempatan untuk berfoto dengan Direktur Porgram PerpuSeru Cola-Cola Foundation (CCFI) dr. dr. Erlyn Sulistiyaningsih pada acara Seminar Nasional yang diadakan oleh Perpusda Jepara. Satu pesan yang saya tangkap dari apa yang dibicarakan Ibu Erlyn adalah 'yuk kita bersama-sama memajukan perpustakaan dan menjadikannya tempat belajar untuk merubah hidup lebih baik. Perpustakaan bukan tempat untuk duduk saja, tapi juga tempat untuk berkegiatan masyarakat. Sehingga kita bisa menemukan ide dan mitra untuk memajukan dunia pendidikan, ekonomi dan kesehatan.' 

Foto sama Ibu Erlyn (Sebelah kiri) dan Mbak Ratih (kanan), fasiltator PerpuSeru.

Gak sengaja jilbabnya sama.

Dear, banyak surve mengatakan bahwa kegiatan literasi kita masih cukup rendah. Jadi tidak mungkin kita bisa menyelesaikan pendidikan kita hanya sampai di jenjang pendidikan formal saja. Oleh karena itu, di sini perpustakaan hadir sebagai tempat untuk baca buku plus duduk bersama mencari mitra dan berkegiatan supaya kehidupan kita menjadi lebih baik. 

Nah, ngeri banget lihat data ini.

Next, dari Ibu Erlyn saya juga baru tau kalau Bil Gates dulu setelah di DO dari kampusnya, dia jadi selalu setiap hari berkunjung ke Perpustakaan sehingga akhirnya dia bisa menjadi cetar dengan Microsoft-nya. So, gimana? Amzing kan? Untuk melakukan sesuatu dan merubah hidup kita tidak perlu jadi kaya dulu kok, cukup gerak sedikit saja, dan jadilah orang tenang. Meski ada bantuan materi segede Gunung Himalaya kalau tidak dibarengi dengan peningkatan SDM yang baik juga hasilnya tidak akan memuaskan. 

So, yuk kita sama-sama ramaikan perpustakaan dan menjadikannya sebagai tempat belajar dan berkegiatan. InsyaAlloh kamu juga bisa merasakan manfaat yang baik sama seperti saya dan teman-teman. Perubahan hidup yang baik jelas akan membuat pembangunan mental dan fisik di negara kita menjadi berkembang. Nah, jadi dapat point double, kita pintar negara kita juga makin maju.Yes! sukses terus dan selamat berkarya! 

ilustrasi by me

Aku menutup Buku Biru yang sudah dua tahun mendokumentasikan segala kisah tentangku. Tangis, tawa, susah dan bahagia menjadi pelajaran hidup yang tidak bisa dihitung dengan rupiah. 

Buku Biru dikenalkan Hitam kepadaku sebagai teman bercerita, teman berkeluh kesah, dan teman beradu pendapat setelah ia pergi tanpa pamit. Status kekasih yang berubah menjadi mantan mungkin membuat ia terlampau sakit. 

Sebagaimana aku yang juga sakit. Hampir setiap malam aku menulis sebait kisah, kemudian berbincang dengan Buku Biru. Bagiku, Buku Biru memiliki nyawa dan sosok yang sama seperti Hitam. Ia adalah tempat yang nyaman untuk bersandar dari segala lelah. Ia juga teman yang romantis untuk diajak bersama memandangi bintang di langit. 

“Tulis saja apa yang kamu inginkan di buku ini, suatu saat kamu pasti akan mendapatkannya,” kata si Buku Biru kepadaku. 

Aku mengerutkan dahi berpikir memberikan gagasan yang logis, “Aku hanya ingin Hitam, mana bisa buku mewujudkan impian jika kita tidak berusaha.” 

Entah takdir apa yang terjadi. Aku melihat Hitam tersenyum, memegang tanganku memberikan buku biru dan pensil biru sampai aku benar-benar menggenggamnya. Kelak aku akan tahu, dia hanya ingin aku melangkah dengan teratur dan pasti. Mencatat setiap resolusi hidup yang aku bangun kemudian belajar membuat keputusanku sendiri.


*** ditulis untuk mengenang seorang teman dekat. kita tidak pernah salah berteman dan bertemu. selamat. karena sudah menemukan pilihan lain yang baik dan tepat.  
Team Komunitas Bukalapak Jepara. 

Bukalapak Jepara dan Post Indonesia. 


Hallo, selamat sore Sahabat Blogger… 

Selain lagi semangat belajar menulis, akhir-akhir ini saya juga lagi iseng belajar bisnis. Bulan Agustus kemarin sempat ikut salah satu komunitas jual beli online di Bukalapak.com Senang sekali rasanya kalau kita punya teman baru dan kenalan baru yang ramah, tidak sombong dan tidak sungkan untuk membagikan ilmunya. 

Belakangan saya juga sering kepoin salah satu ranger di komunitas Bukalapak Jepara Om, Fatih atau yang terkenal dengan TS (Tukang Sarung). Bayangkan, sarung saja sudah dikirim kemana-mana loh. Apalagi produk kece lainnya ya? Yes. Semoga menjadi inspirasi ya. Om Fatih dan isteri ini juga orangnya sangat ramah dan bersahabat banget loh. 

Dari situ, saya selalu yakin bahwa semakin besar seseorang, maka ia akan semakin merunduk, tidak pernah merasakan paling WAO sedunia atau menyombongkan diri. Ibaratnya semakin padi itu berisi, maka akan semakin merunduk. 

Baju Hitam itu Om Fatih yang baik sedunia. 

Baju merah isterinya TS, Umi Fatih yang cantik sedunia.

Kopdar komunitas Bukalapak Jepara pada 25 September 2016 di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Jepara lebih banyak diisi dengan sharing, cara jual beli online dan sedikit motivasi bagi para pelapak agar semakin aktif dalam memposting produknya. Bagi saya sendiri masih awan tentang dunia bisnis dan jualan. Baru dipertengahan 2016 lalu coba-coba untuk jualan online via instagram dan facebook. Produk fashion yang saya unggah rata-rata dari bahan tenun kain Torso yang sudah disulap menjadi tas, dompet atau syal. 

Kain Tenun Troso 

Tas dari Kain Tenun Troso. 

Kopdar komunitas Bukalapak Jepara, ternyata tidak cuma dihadiri oleh pelapak Jepara saja, coordinator dari Bukalapak Jakarta dan juga di luar kota lainnya juga turut hadir. Selain itu, ada juga pihak Post Indonesia yang sempat memberikan masukan dan sharing dengan para pelapak. Kita semua jadi serasa tambah ilmu banyak banget. 

Hal yang menarik dari komunitas Bukalapak yaitu, diakhir acara biasanya banyak pelapak yang saling bertukar produk atau bagi-bagi hadiah. Saya kalau boleh jujur baru kali ini loh datang ke acara yang banyak banget hadiahnya. Semoga jualannya para pelapak tambah berkah ya Om dan Tante. Hehehe. 

Ini favorite banget.

Nah, kalau ini Om Lutfi, dulu dia yang ngajarin kita melapak.

Kalau ini Pustakawan yang super kece badai, Om Irul :D 

Ini Tante Susi Indra yang ngasih saya bros banyak banget. Terima kasih ya. :) 

Oleh-oleh dari Post Indonesia.

Well, terima kasih juga buat Tante Susi Indra yang sudah ngasih saya hadiah bros handmade yang cantik-cantik. Dekat dengan kalian semoga saling bermanfaat dan bisa saling berbagi ilmu ya, kalian kece dan luar biasa. Next kopdar semoga bisa ikut gabung ya? :D Btw ini adalah link akun buka lapak saya, yuk kepoin barang saya :D www.bukalapak.com/sinnabatik

Edisi dibalik layar Kopdar Bukalapak.


Apalah saya, cuma jadi tukang sapu Perpusda :D 

Ini pasangan yang lagi ngehitz Om Indra dan Tante Susi.
Pak Ganjar memberikan kuliah di Unisnu, 
wah yang pakai jilbab merah itu saya loh.. :D 

Terkadang saya merasa perlu untuk sesekali bertemu dan bergaul dengan orang besar. Bukan karena saya ingin dipandang wah, atau eksis saja. Namun, guna meraih mimpi yang bersar kita juga harus melakukan hal yang besar. Termasuk bertemu dengan orang yang besar. 

Suatu sore, tepat di tanggal 21 September 2016, Saya berkesempatan bertemu sangat dekat dengan salah satu pejabat tertinggi di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Well especially saya memang sangat tertarik sosok beliau yang terkenal ramah dan tanggap. 

Sebenarnya, Gubernur Jawa Tengah tersebut datang ke kampus Unisnu untuk mengisi acara kuliah perdana bagi mahasiswa baru. Bagi saya yang sudah sering menghadiri acara kuliah perdana atau kuliah umum, moment kemarin adalah kuliah perdana dengan narasumber terbaik yang pernah diundang oleh pihak kampus. 

Unisnu dalam hal ini tidak hanya butuh sosok yang memiliki jabatan tinggi saja, tapi kampus hijau tersebut juga perlu mengundang orang yang benar-benar memiliki kemampuan intelektual, motivasi dan semangat yang tinggi. Hal ini sangat penting karena komposisi mahasiswa universitas tersebut berbeda dengan kampus lain. 

Pada acara kuliah perdana tersebut, Pak Ganjar berpesan agar mahasiwa memadukan kemampuan berpikir yang kemudian dibantu dengan smartphone atau teknologi untuk bisa mencapai kesuksesan. Menurut Pak Ganjar, kuliah merupakan proses untuk mengasah ide kreatif dan konsistensi bagi para mahasiswa. Dan kemampuan berpikir yang kreatif dan inovatif inilah yang nanti akan membuat kita bisa bersaing dengan negara lain. 

Kurang lebih selama satu jam Pak Ganjar menyampaikan buah pemikirannya di hadapan ribuan mahasiwa Unisnu. Selain berkunjung ke kampus, beliau juga menyempatkan diri untuk berdialog dan menyapa warganya di Omah Joglo, Jepara. Di sana, bersama ratusan warga dan puluhan anak-anak, pejabat yang pernah dinobatkan sebagai gubernur inovatif di bidang transparansi pelayanan publik tersebut membahas masalah isu perdamaian. 

Finally, ada tiga point yang masih saya ingat dalam kunjungan tersebut, yaitu jika kamu ingin sukses dan dihargai orang, maka cintailah orangtuamu, gurumu dan negaramu. Semoga beliau benar-benar amanah ya friends. Next time semoga bisa bertemu dengan orang hebat lagi supaya termotivasi.

Bersama Pak Ganjar di Omah Joglo, Jepara. 

Twitteran sama Pak Ganjar :D... Entah beliau pakai admin atau tidak, 
katanya sih gak pakai admin :) 


Foto bersama seletah kegiatan refleksi kelas inspirasi Jepara

Apa kamu pernah mendengar teori bottom rock in life? Jika tidak duduklah, saya akan bercerita tentang batu-batu keras yang menghantam kehidupan saya. Pertama saat saya menyadari bahwa melepas terkadang adalah hal baik yang harus kita lakukan untuk keadilan. Melepaskan tangan yang sangat erat selalu menimbulkan noda hati yang entah sampai kapan ia akan kembali bersih. Terlebih jika sosok yang menggandengmu itu telah memberikan energi positif untuk terus maju ke depan. Kedua, saat saya menyadari bahwa setiap pertemuan adalah perpisahan dan saya paling membenci perpisahan. 


6 bulan bersama kalian (panitia lokal alias Panlok Kelas Inspirasi Jepara) menyatukan visi untuk membangun Jepara melalui pendidikan dengan cara menginformasikan beragam profesi kepada siswa sekolah SD. 6 bulan lamanya kami menyempatkan diri menghadiri rangkaian meet up di sela-sela kegiatan kami yang juga beragam. Tidak jarang kami pun menempatkan jeda waktu istirahat untuk membaca ratusan bahkan ribuan chat di grup wa panlok yang berisi list penting untuk KIJPR1 dan tingkah laku konyol panlok yang justru menambah keakraban team. 



Alhamdulillah, semua usaha kami terbayar. Tepat di tanggal 1 Agustus ratusan anak-anak telah menuliskan cita-cita mereka. Jalan mereka tentu masih panjang untuk mengambil tanggung jawab atas apa yang telah mereka tulis. Namun, nothing impossible in this world. Akan selalu ada tangan yang menggenggam di saat kita lelah. Orang baik pasti akan dipertemukan dengan orang baik. 

Menjadi bagian dari kalian adalah menyenangkan, berpisah dari kalian adalah salah satu bottom rock dalam hidup saya.

Bersama kalian, saya belajar untuk rendah diri, saling melengkapi dan tidak mudah terbawa emosi. Kini, meski tugas utama kami di hari inspirasi telah selesai, namun chat di group kami tetap tidak pernah sepi. Banyak hal menarik kami ulas di dalamnya, dan tentu itu adalah salah satu cara kami menjaga silaturrahim dan bertukar pikiran untuk mencari solusi dari setiap kegaduhan di dalam hidup ini. 


Kelas Inspirasi Jepara team SDN 1 Batukali

Rilis Kelas Inspirasi Jepara di Suara Merdeka


Biarkan terus seperti ini :D 

Pernahkan kamu merasa bahwa dunia ini seperti menghakimimu? Meneteskan air mata seorang diri dan berpikir di dunia ini tidak ada lagi yang merasa sayang kepadamu? 

Kebenaran yang datang adalah, bahwa di dunia ini kita selalu hidup dengan perlindungan. Entah itu perlidungan dari orang yang kau cintai seperti orangtua, bahkan kekasih hati semacam superman atau wonderwoman yang bisa kamu pegang tangannya dan bersedia meminjamkan bahu dan dadanya sebagai tempat kita untuk menenangkan diri disaat kita tengan gundah dengan segudang permasalahan hidup. 

Ayah yang sangat sayang dan bertanggung jawab tidak perduli sesulit apapun kehidupan, Ibu yang meski susah payah ia tetap menyiapkan kebutuhan tanpa pernah mengeluh rasa lelah. Apa cinta mereka tidak tidak cukup untuk kita (sebagai anak) merasa cukup untuk merasa terlindungi dan bersyukur? Lantas kita lebih memilih berteman dengan orang asing di malam minggu dan pulang larut dalam keadaan lelah. Di hari berikutnya pun Ayah dan Ibu masih sama cintanya, ia tidak membiarkan rasa sayang dan cinta itu berkurang satu persen pun. 

Memasuki usia dewasa kita memiliki banyak teman, sahabat bahkan pacar. Sosok yang mungkin bisa kita sebut lebih asik dari orangtua kita. Lalu apa yang terjadi? Di saat sedikit masalah datang, mereka mendadak menjadi daftar list orang yang tidak ingin kita temui. Apalagi kalau putus dari pacar, kita mati-matian ingin melupakannya, mengahapus semua foto di laptop dan handphone, mem-blokir semua akunnya di sosmed yang kita miliki dan menghapus nomornya dari daftar kontak kita. 

Lain halnya dengan masalah yang kita miliki dengan keluarga kita. Kita tidak pernah mengenal mantan ibu atau mantan ayah bukan? Semua jelas, dan saya sedang belajar dewasa untuk menerima takdir bahwa seberat apapun beban yang saya miliki, Allah telah mengirimkan malaikat untuk membuat saya tetap berdiri tegak dan memandang ke depan. Di depan ada banyak hal yang harus kita perjuangkan. Di depan ada banyak hal yang menunggu uluran tangan kita. 

So, mari berpikir positive untuk ketengangan hari ini karena akan ada tangan yang selalu menggenggam tangan kita.


“Kalau kamu memang seorang Detektif seharusnya kamu bisa menganalisis hatiku kan?” Ran mulai menumpahkan amarahnya, memalingkan muka, dan berlari menjauhi Shinichi. Tangisnya sudah pecah. Emosi yang sedari tadi diendapnya akhirnya keluar juga.
“Ran! Tunggu dulu!” Shinichi mati-matian mengejar gadis yang disukainya itu. Ran masih tak begeming.
“Kau ini rumit tau!” teriak Shinichi saraya meraih tangan Ran.
“Lepaskan! Lepaskan!” Ran mulai memberontak.

Membacalah untuk sekadar melepas kekesalan dan emosi! Jika membaca buku dengan tema yang berat membuatmu semakin emosi karena banyak istilah yang emboh, buku-buku ringan atau novel ringan mungkin bisa membantumu untuk sedikit merasa ringan hati meski tak sempat piknik. 

Membaca novel sejarah karya Kang Abik ini, kita akan seperti membaca buku sejarah yang difiksikan. Jika sebelumnya saya tidak pernah mendengar nama Baiduzzaman Said Nursi, entah kenapa saya kok jadi merasa seharusnya nama Said Nursi itu sudah saya ketahui sejak saya sekolah EMTEES (Mungkin saya pernah mendengar tapi saya yang lupa).

Said Nursi yang hidup di masa Turki Usmani paham betul, bahwa Kholifah Turki akan runtuh akibat rezim barat dan ateisme yang pelan-pelan dipaksa masuk lewat jalur pendidikan yang meracuni pola pikir.

Dalam novel ini dijelaskan dengan detail bagaimana Said Nursi ingin membangun universitas untuk tetap menjaga agar ilmu agama dan budaya Turki tidak hilang, tapi selalu dihalangi oleh pemerintah akibat sistem yang sudah dikuasi barat. Madrasah dilebur menjadi sekolah umum dan tak ada pelajaran agama. Said Nursi tak pernah menyepelekan ilmu umum. Ulama' itu pun berkata, "Agama adalah penerang hati, pengetahuan peradaban adalah penerang akal."

Sadar dengan sepenuh jiwa bahwa bangsanya sudah dijajah dengan cara halus lewat ilmu pengetahuan yang dipelintir, Said Nursi pun sempat andil dalam permainan politik di pemerintahan. Niatnya tulus untuk tetap melindungi Turki supaya kekuasaan kholifahnya tidak runtuh. Tapi apa boleh buat, Said malah terjebak dalam permainannya sendiri. Belum sempat membangun universitas dan menyelamatkan madrasah-madrasah dari rezim ateis dan sekuler, kholifah Turki sudah runtuh.

Sebuah kalimat populer pun diucapkan Badiuzzaman Said Nursi "Audzubillah minasy syaitan was siyasah". Meski pada akhir pemerintahan Mustofa Kemal Ataturk, Badiuzzaman mendukung partainya Adnan Manderes, itu karena partai tersebut berjanji akan mengembalikan cahaya islam kepada Turki.

Akibat pemelintiran ilmu penegetahuan ini, membuat Turki sesaat menjadi gelap. Tak boleh ada yang membaca al-qur'an, pakaian islam dihapus, tulisan arab tak boleh, sholat dan adzan pakai bahasa Turki, tak ada cahaya iman di sana, Turki yang awalnya menjadi pusat peradaban islam, pada masanya kehilangan jati diri akibat 'dijajah rezim sekuler'.

Hay, seharusnya kita belajar banyak dari tempat cantik bernama Turki, bahwa pendidikan itu harus di lakukan dengan baik dan benar, pun dengan pendidikan agama dan umum. Sementara untuk urusan politik, ah sejak zaman bumi datar sampai bumi bulat itu menjadi benang kusut yang susah diurai.

Pengertian Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti “tanda”, atau “seme” yang berarti “penafsiran tanda” (Alex Sobur, 2004:17). Awal mula munculnya semiotika yang berakar pada studi klasik dan skolastik atas seni, logika dan poetika, tanda pada masa itu masih bersifat sesuatu yang menunjukan pada adanya hal yang lain. Contoh: Ada asap menandai adanya api. 
Para pakar sendiri mengartikan semiotika sebagai berikut.
  • Ferdinand d' Saussure mengartikan simeotika adalah “Persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikontuksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.
  •   Menurut Umberto Eco, Semiotika adalah mempelajari hakikat tentang kebenaran suatu tanda. Tanda tersebut sebagai “kebohongan”; dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.
  •   Menurut Barthes, Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.


“Wacana adalah satu kata yang sering kita dengar dewasa ini setelah kata “Demokrasi” dan “Revormasi”. Wacana sendiri disebut sebagai unit bahasa yang universal dan sering digunakan oleh banyak kalangan, mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain sebagainya. Secara unum banyak para pakar yang mengartikan wacana sebagai ”unit bahasa yang lebih besar dari kalimat”. Namun karena kata “wacana” ini masih bersifat global, maka pemakaian istilah ini seringkali memiliki definisi yang berbeda-beda.
Pada bidang ilmu sosiologi misalnya, wacana digambarkan sebagai, “Hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa”. Dan dalam pengertian linguistic wacana adalah “Unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.” Dari kedua pengertian di atas jelas bahwa wacana versi ilmu sosial lebih didekatkan pada kontek pelaku (masyarakat/sosial). Sementara dalam ilmu bahasa, wacana lebih condong pada “kebenaran aspek gramatikalnya.” 

Meskipun ada degradasi yang sangat besar antara definisi keduanya. Namun pada hakikatnya titik singgung analisis wacana yaitu sering berhubungan dengan studi mengenai “bahasa/pemakaian bahasa,”  dalam arti “Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana?” 
Hi,

Saya Saidah. Sinna Sa’idah az-Zahra adalah nama pena yang sering saya gunakan di dunia kepenulisan. Saya lahir dan masih berdomisili di Jepara. Terakhir saya memperoleh geral S.Sos. dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara, dan berharap bisa meyelesaikan jenjang pendidikan magister pada bidang yang sama.

Saya memiliki passion dan minat di bidang jurnalistik, kepenulisan, blogging, komunikasi, broadcasting, public speaking, social media dan fashion designer. Berkat hobi menulis, saya pernah bekerja sebagai content writer di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan advertising di Jepara.

Selain pernah bekerja secara profesional, saya juga aktif di beberapa komunitas di Jepara. Di anatara komunitas yang saya ikuti adalah; GEC (Global English Club), AMJ (Akademi Menulis Jepara) dan KIJPR (Kelas Inspirasi Jepara). Di sela-sela kesibukan berkegiatan, saya juga sering meluangkan waktu untuk menggambar desain baju.

Saya memiliki mimpi yang besar untuk bekerja di penerbitan dan memperdalam ilmu jurnalistik. Bertemu dan bekerjasama dengan banyak orang adalah hal yang sangat menyenangkan. Dan saya selalu berusaha memberikan target yang baik untuk kesuksesan sebuah tim.



Salam

Sa’idah.

Bersama Panitia Lokal (Panlok) Kelas Inspirasi Jepara

Hallo, selamat siang Sahabat Blogger . . . 

Kesibukan terkadang membuat kita menjadi lupa akan kegalauan yang sering singgah di kehidupan. Ada banyak pertanyaan yang mengendap di kepala, “Kok, bisa seperti itu ya?” Bisa jadi, karena saya sudah terbiasa hidup liner (lurus) tanpa ada banyak batu penghalang. Semua apa yang diinginkan juga mudah untuk saya dapatkan. 

Rasa seperti itu sering saya jumpai tiga tahun terakhir semenjak orangtua telah mengirimkan saya untuk tinggal di pesantren. Bisa jadi karena adat saya yang keras dan suka berkegiatan di luar sering membuat saya berbeda pendapat dengan teman-teman pesantren. Namun, diakui atau tidak bagi saya pesantren adalah investasi sosial yang sangat menguntungkan bagi saya, terlepas dari semua kegaduhannya. 

Di pesantren saya belajar bagaimana cara bergaul dengan teman, lebih peka dengan orang lain dan sopan terhadap yang lebih tua. Selain itu, saya pun harus berjuang untuk membagi waktu yang tepat selama di pesantren. Berkegiatan di bidang jurnalistik dan banyak kegiatan sosial yang sering saya ikuti cukup menguras waktu yang hanya 24 jam. Tapi apapun yang terjadi, semua kejadian yang saya alami sangat asik! 

Bagi saya santri tidak harus selamanya belajar ilmu agama, karena amalan dunia pun bisa menjadi amalan akhirat. Namun, apapun yang kita lakukan kita juga harus sadar diri akan batasan, hak dan kewajibanya. Gunakan saja naluri dan logika untuk bertindak jangan hanya memakai nafsu yang justru biasanya berakhir buruk. 

Seru bersama teman pondok


Sahabat . . . . 

Apa pun profesi dan kegiatanmu, niatkanlah semua itu dengan baik. Kita tidak akan tau kapan kita akan dibutuhkan di masyarakat. Sementara itu, kita hanya memiliki kesempatan untuk hidup sekali di dunia ini, jadi hiduplah yang berarti. (Sinna) 


Bersama adik-adik GEC... 

Sudah terlalu lama kita tertidur dari kenyamanan yang membuat kita lupa untuk melirik mereka yang berada di pinggir. Berjalan dengan sepatu lusuh yang hampir rusak, belajar dengan buku *lecek* yang hampir copot dan tulisan yang sudah buram, bahkan yang di luar jawa, ada yang harus menyebrangi jembatan bertaruh nyawa hanya demi untuk bersekolah.

Lalu siapa yang salah dalam masalah ini? Tidak! Mencaci hanya akan membuang energi. Pemerintah adalah media untuk merubah melalui sistemnya, sementara manusia sebagai pelaku sisitem adalah mereka yang seharusnya bekerja turun tangan untuk melunasi janji kemerdekaan Indonesia yakni mencerdaskan kehiduapan bangasa.

Manusia sejatinya adalah kekuatan terbesar di suatu negara. Mungkin kita boleh punya uang banyak, sumber daya alam yang kaya dan jaringan yang luas. Namun, jika kita tidak dibekali dengan ilmu dan pendidikan, lalu apa yang akan terjadi? Bukankah semua itu juga akan sia-sia?

Temans, mengamalkan ilmu bagi yang sudah ahli dalam sebuah agama dikatakan hukumnya WAJIB. Jadi boleh disimpulkan bahwa mendidik generasi penerus bangsa di negara ini adalah tugas para mereka yang terdidik.

Selamatkan pendidikan di negara ini, bangun karakter KEJUJURAN di negara ini, dan rasakan apa yang akan terjadi di negara ini. So Mari kita turun tangan melunasi janji kemerdekaan negara ini.

‪#‎kelasinpirasi‬
‪#‎kijepara‬
‪#‎indonesiamengajar‬
‪#‎relawanpengajarmuda‬
‪#‎jepara‬
‪#‎turuntangan‬

*Sinna Sa'idah Az-Zahra*

Selamat Hari Pendidikan untuk Anak Muda yang Belajar di Perantauan

Lampu belajar masih menemani. Buku masih terbuka. Berjam-jam duduk di meja belajar. Mata terus membaca, tangan mencatat di buku tulis. Di kamar yang mungil, jauh dari kampung halaman. Ribuan, bahkan ratusan ribu anak muda tinggalkan kampung halaman, jauh dari Ibu, Ayah, dan saudara mereka. Kampung halaman yang penuh kenangan masa kecil itu mereka tinggalkan untuk satu tujuan: pendidikan.

Semua pasti masih ingat saat keluarga mengantarkan, melepas bersekolah jauh. Kristal butiran air mata Ibu saat melepas anak berangkat seakan cermin jernihnya cinta. Anak adalah cinta berbalut harapan. Ibu melepaskan anak untuk merantau jauh demi pendidikan yang lebih baik; melepaskannya dengan cinta, mengalunginya dengan harapan, dan menyematkannya doa tanpa akhir.

Buat anak-anak muda yang sedang di rantau, jauh dari Ibu, Ayah dan saudara, pada malam menjelang Hari Pendidikan ini, saya ucapkan selamat berjuang, selamat belajar.

Rute perjalanan yang kalian tempuh adalah rute yang telah mengantarkan jutaan anak muda negeri ini meraih kehidupan yang lebih baik. Jaga stamina!

Yakinlah bahwa pendidikan akan bisa mengantarkan pada kehidupan yang lebih baik. Pendidikan jadi tangga untuk menuju cita-cita, menuju harapan. Tiap hari satu anak tangga dilewati.

Anak muda memang seharusnya pilih jalan mendaki. Jalan berat penuh tantangan tapi bisa mengantarkan ke puncak. Jadikan perpisahan dengan keluarga itu sebagai awal perjumpaan dengan cita-cita.

Pada tiap lembar bacaan, ada doa Ibu dan Ayah. Pada tiap karya tulis dan pekerjaan dari guru atau dosen, ada harapan dari Ibu dan Ayah. Mereka mungkin tidak tahu satu per satu yang dikerjakan anaknya, tapi mereka tak pernah berhenti hibahkan semua yang mereka miliki untuk kebaikan dan kebahagiaan anak mereka.

Teruslah belajar. Jangan biarkan waktu bergulir tanpa makna. Buka hari dengan cerahnya mata hati, dan tutup hari dengan tuntasnya asupan ilmu dan pengetahuan baru.

Janjilah kepada Ibu dan Ayah, suatu hari nanti mereka akan melihat anak mereka pulang membawa ilmu, membawa makna dan menjawab semua doa dengan melampaui harapan Ibu dan Ayah mereka. Izinkan mereka kelak menyongsongmu dengan rasa bangga dan syukur. Doa tulusnya dijawab oleh keberhasilan anaknya.

Selamat Hari Pendidikan, selamat memasuki Bulan Pendidikan, selamat meneruskan belajar, dan selamat melampaui cita-cita!

Salam,
Anies Baswedan