Hi,

Saya Saidah. Sinna Sa’idah az-Zahra adalah nama pena yang sering saya gunakan di dunia kepenulisan. Saya lahir dan masih berdomisili di Jepara. Terakhir saya memperoleh geral S.Sos. dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara, dan berharap bisa meyelesaikan jenjang pendidikan magister pada bidang yang sama.

Saya memiliki passion dan minat di bidang jurnalistik, kepenulisan, blogging, komunikasi, broadcasting, public speaking, social media dan fashion designer. Berkat hobi menulis, saya pernah bekerja sebagai content writer di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan advertising di Jepara.

Selain pernah bekerja secara profesional, saya juga aktif di beberapa komunitas di Jepara. Di anatara komunitas yang saya ikuti adalah; GEC (Global English Club), AMJ (Akademi Menulis Jepara) dan KIJPR (Kelas Inspirasi Jepara). Di sela-sela kesibukan berkegiatan, saya juga sering meluangkan waktu untuk menggambar desain baju.

Saya memiliki mimpi yang besar untuk bekerja di penerbitan dan memperdalam ilmu jurnalistik. Bertemu dan bekerjasama dengan banyak orang adalah hal yang sangat menyenangkan. Dan saya selalu berusaha memberikan target yang baik untuk kesuksesan sebuah tim.



Salam

Sa’idah.

Bersama Panitia Lokal (Panlok) Kelas Inspirasi Jepara

Hallo, selamat siang Sahabat Blogger . . . 

Kesibukan terkadang membuat kita menjadi lupa akan kegalauan yang sering singgah di kehidupan. Ada banyak pertanyaan yang mengendap di kepala, “Kok, bisa seperti itu ya?” Bisa jadi, karena saya sudah terbiasa hidup liner (lurus) tanpa ada banyak batu penghalang. Semua apa yang diinginkan juga mudah untuk saya dapatkan. 

Rasa seperti itu sering saya jumpai tiga tahun terakhir semenjak orangtua telah mengirimkan saya untuk tinggal di pesantren. Bisa jadi karena adat saya yang keras dan suka berkegiatan di luar sering membuat saya berbeda pendapat dengan teman-teman pesantren. Namun, diakui atau tidak bagi saya pesantren adalah investasi sosial yang sangat menguntungkan bagi saya, terlepas dari semua kegaduhannya. 

Di pesantren saya belajar bagaimana cara bergaul dengan teman, lebih peka dengan orang lain dan sopan terhadap yang lebih tua. Selain itu, saya pun harus berjuang untuk membagi waktu yang tepat selama di pesantren. Berkegiatan di bidang jurnalistik dan banyak kegiatan sosial yang sering saya ikuti cukup menguras waktu yang hanya 24 jam. Tapi apapun yang terjadi, semua kejadian yang saya alami sangat asik! 

Bagi saya santri tidak harus selamanya belajar ilmu agama, karena amalan dunia pun bisa menjadi amalan akhirat. Namun, apapun yang kita lakukan kita juga harus sadar diri akan batasan, hak dan kewajibanya. Gunakan saja naluri dan logika untuk bertindak jangan hanya memakai nafsu yang justru biasanya berakhir buruk. 

Seru bersama teman pondok


Sahabat . . . . 

Apa pun profesi dan kegiatanmu, niatkanlah semua itu dengan baik. Kita tidak akan tau kapan kita akan dibutuhkan di masyarakat. Sementara itu, kita hanya memiliki kesempatan untuk hidup sekali di dunia ini, jadi hiduplah yang berarti. (Sinna) 


Bersama adik-adik GEC... 

Sudah terlalu lama kita tertidur dari kenyamanan yang membuat kita lupa untuk melirik mereka yang berada di pinggir. Berjalan dengan sepatu lusuh yang hampir rusak, belajar dengan buku *lecek* yang hampir copot dan tulisan yang sudah buram, bahkan yang di luar jawa, ada yang harus menyebrangi jembatan bertaruh nyawa hanya demi untuk bersekolah.

Lalu siapa yang salah dalam masalah ini? Tidak! Mencaci hanya akan membuang energi. Pemerintah adalah media untuk merubah melalui sistemnya, sementara manusia sebagai pelaku sisitem adalah mereka yang seharusnya bekerja turun tangan untuk melunasi janji kemerdekaan Indonesia yakni mencerdaskan kehiduapan bangasa.

Manusia sejatinya adalah kekuatan terbesar di suatu negara. Mungkin kita boleh punya uang banyak, sumber daya alam yang kaya dan jaringan yang luas. Namun, jika kita tidak dibekali dengan ilmu dan pendidikan, lalu apa yang akan terjadi? Bukankah semua itu juga akan sia-sia?

Temans, mengamalkan ilmu bagi yang sudah ahli dalam sebuah agama dikatakan hukumnya WAJIB. Jadi boleh disimpulkan bahwa mendidik generasi penerus bangsa di negara ini adalah tugas para mereka yang terdidik.

Selamatkan pendidikan di negara ini, bangun karakter KEJUJURAN di negara ini, dan rasakan apa yang akan terjadi di negara ini. So Mari kita turun tangan melunasi janji kemerdekaan negara ini.

‪#‎kelasinpirasi‬
‪#‎kijepara‬
‪#‎indonesiamengajar‬
‪#‎relawanpengajarmuda‬
‪#‎jepara‬
‪#‎turuntangan‬

*Sinna Sa'idah Az-Zahra*

Selamat Hari Pendidikan untuk Anak Muda yang Belajar di Perantauan

Lampu belajar masih menemani. Buku masih terbuka. Berjam-jam duduk di meja belajar. Mata terus membaca, tangan mencatat di buku tulis. Di kamar yang mungil, jauh dari kampung halaman. Ribuan, bahkan ratusan ribu anak muda tinggalkan kampung halaman, jauh dari Ibu, Ayah, dan saudara mereka. Kampung halaman yang penuh kenangan masa kecil itu mereka tinggalkan untuk satu tujuan: pendidikan.

Semua pasti masih ingat saat keluarga mengantarkan, melepas bersekolah jauh. Kristal butiran air mata Ibu saat melepas anak berangkat seakan cermin jernihnya cinta. Anak adalah cinta berbalut harapan. Ibu melepaskan anak untuk merantau jauh demi pendidikan yang lebih baik; melepaskannya dengan cinta, mengalunginya dengan harapan, dan menyematkannya doa tanpa akhir.

Buat anak-anak muda yang sedang di rantau, jauh dari Ibu, Ayah dan saudara, pada malam menjelang Hari Pendidikan ini, saya ucapkan selamat berjuang, selamat belajar.

Rute perjalanan yang kalian tempuh adalah rute yang telah mengantarkan jutaan anak muda negeri ini meraih kehidupan yang lebih baik. Jaga stamina!

Yakinlah bahwa pendidikan akan bisa mengantarkan pada kehidupan yang lebih baik. Pendidikan jadi tangga untuk menuju cita-cita, menuju harapan. Tiap hari satu anak tangga dilewati.

Anak muda memang seharusnya pilih jalan mendaki. Jalan berat penuh tantangan tapi bisa mengantarkan ke puncak. Jadikan perpisahan dengan keluarga itu sebagai awal perjumpaan dengan cita-cita.

Pada tiap lembar bacaan, ada doa Ibu dan Ayah. Pada tiap karya tulis dan pekerjaan dari guru atau dosen, ada harapan dari Ibu dan Ayah. Mereka mungkin tidak tahu satu per satu yang dikerjakan anaknya, tapi mereka tak pernah berhenti hibahkan semua yang mereka miliki untuk kebaikan dan kebahagiaan anak mereka.

Teruslah belajar. Jangan biarkan waktu bergulir tanpa makna. Buka hari dengan cerahnya mata hati, dan tutup hari dengan tuntasnya asupan ilmu dan pengetahuan baru.

Janjilah kepada Ibu dan Ayah, suatu hari nanti mereka akan melihat anak mereka pulang membawa ilmu, membawa makna dan menjawab semua doa dengan melampaui harapan Ibu dan Ayah mereka. Izinkan mereka kelak menyongsongmu dengan rasa bangga dan syukur. Doa tulusnya dijawab oleh keberhasilan anaknya.

Selamat Hari Pendidikan, selamat memasuki Bulan Pendidikan, selamat meneruskan belajar, dan selamat melampaui cita-cita!

Salam,
Anies Baswedan